Berjasa Antar Jiwasraya Jadi Asuransi Terbaik Kedua se-Indonesia Tahun 2017, Mengapa Direksinya Ditersangkakan?


 


Tempo hari, Kamis (03/09/2020) kontrol pada terduga Hary Prasetyo buka bukti baru berkaitan Jiwasraya. Ternyata di tahun 2017 Jiwasraya pernah tertera untuk perusahaan asuransi paling baik ke-2 sesudah Prudential.

Mencari Informasi Akurat Keluaran Togel

Menarik jika jika dirunut riwayat perjalanan Jiwasraya, perusahaan plat merah ini harusnya telah gulung tikar pada 2008 untuk karena diantaranya repo pada saham Bakrie yang tidak segera ditebus.


Tertera jika di tahun 2004, Jiwasraya merepo saham Bakrie pada beberapa perusahaannya. Repo itu walau telah jatuh termin, masih tidak ditebus. Akhirnya, pada 2008 Jiwasraya goncang, liabilitasnya tinggi, insolvensi juga berlangsung.


Tetapi, oleh Hary Prasetyo serta teman-teman di bawah pimpinan Hendrisman Rahim sebagai Direktur Penting, Jiwasraya sukses mereka loloskan dari kemunduran.


Karena itu, jika yang berlangsung tidak cuma selamat dari kemunduran tetapi catatkan perolehan untuk perusahaan asuransi paling baik ke-2 Indonesia, ini jelas prestasi mengagumkan. Hidupkan mayat kata Hary Prasetyo jelas bukan hiperbola. Kenyataannya memang demikian.


"Itu satu prestasi jika kami hidupkan kembali lagi mayat hidup yang telah tidak akan kemungkinan kembali lagi hidup. (Performa) Kami di bawah Prudential (PT Prudential Life Assurance) jika bisa menyebutkan. Telah nomor dua, tetapi tidak berhasil bayar di bulan Oktober. Itu aneh pak. (Tidak berhasil bayar) bukan lantaran investasi, sebab operasional. Bertambah pada operasional," tuturnya seperti diambil dari BeritaSatu.com.


Lalu Kenapa Dipastikan Tidak berhasil Bayar?


Masih menurut Hary Prasetyo, Jiwasraya di akhir 2017, nilai asset perseroan capai Rp 45 triliun dengan nominal kas capai Rp 4 triliun. Tingkat solvabilitas atau risk based capital (RBC) serta capai 200 %, walau sebenarnya, tingkat solvabilitas perusahaan asuransi konservatif bagus untuk bagian asuransi jiwa atau asuransi umum minimal sebesar 120 %.


Situasi itu jauh tidak sama dengan performa perseroan pada 2008 atau saat Hary Prasetyo pertama-tama masuk dengan perusahaan BUMN itu. Waktu itu, Hary menyebutkan neraca keuangan perseroan tertera minus Rp6,7 triliun atau pada keadaan insolvensi dengan nilai asset seputar Rp5 triliun. Perseroan serta tidak mempunyai kas serta RBC minus beberapa ratus %. Hary akui semasa masuk barisan direksi, Asuransi Jiwasraya tidak alami permasalahan investasi. Semua tata atur atau governance perusahaan dikatakannya telah teratur secara baik.


"Jangan ada berlangsung tidak berhasil bayar itu jika barusan tanggung jawab semua berada di JS (Asuransi Jiwasraya). JS harus bertanggungjawab mengapa tidak berhasil bayar. Itu aneh pak," kata Hary dalam penjelasannya di persidangan tempo hari.


Pertanyaannya ini ialah pertanyaan publik . Bila kenyataannya masih punyai nilai asset perseroan sekitar itu pada 2017 dan pada 2018 masih juga bikin keuntungan 2,8 T, informasi tidak berhasil bayar jelas sebuah kekeliruan pengendalian.


Postingan populer dari blog ini

he Voting Rights Act does not provide a leg up for Black voters

Nuclear insurance case: Iranian head of state Mahmoud Ahmadinejad states

terrestrial versus space weather events